Antara Rapid Test, SWAB dan Nam Do San #ceritadaricorona
Saya harus memulai cerita ini darimana? Dua minggu ke belakang saya disibukkan oleh LPJ saya sendiri dan LPJ atasan saya. Saya tidak akan bercerita kerumitan LPJ tersebut. Satu hal pasti, proses LPJ ini harus melewati suatu tahap akhir bernama ACC (paraf tanda tangan). Inilah yang menjadi poin, bahwa kegiatan ini belum bisa dilakukan secara offline. Mengingat, selama ini kami mendapat (privilege) WFH. Dengan demikian, saya harus datang ke kampus. Its okey, terkadang sekali dua kali waktu merasa rindu mendengar gemericik air mancur depan perpustakaan atau sekedar melihat bunga-bunga kuning di depan rektorat. Tetapi kemudian, menuju kampus serasa berangkat perang. Melawan dan berperang menghadapi pandemi. We never know, siapa dan apa. Sampai suatu ketika hari Selasa pekan lalu, saya datang menuju lantai 1 fakultas untuk mengurus administrasi. Nahas, ada satu lampiran yang belum tercetak. Bergegas dan terpaksalah saya menuju ke lantai kantor kami. Sebenarnya saya sudah “dicegat”