Lebaran Tanpa Mudik? Bagaikan Ketupat Tanpa Opor !

Menjelang hari lebaran, tentu selalu ada hal-hal yang khas, unik, menarik dan bahkan telah "membudaya" bagi sebagian masyarakat, entah di seluruh dunia, maupun di Indonesia. Sungguh setelah sebulan lamanya kita berpuasa, dengan segala amalan yang telah dilakukan,  dan  hari nan Fitri ini selalu ingin dinanti.
anak-anak ikutan mudik
Menanti datanganya hari idul Fitri ini selalu diiringi dengan sebuah kegiatan yang tidak wajib tapi seakan sudah seperti tak bisa dihindari. Hal-hal yang bersifat persiapan  berbelanja baju baru, membuat kue lebaran, memasak  dan membeli-membeli lainnya, melakukan adat, atau kebiasan tertentu  menjadi sebuah gejala sosial dan budaya di kehidupan manusia.   Lain lagi dengan sebuah kegiatan berikut ini, yang memang tidak wajib, tidak diatur undang-undang, namun sudah "menjiwai" bagi sebagian masyarakat Indonesia, yakni Mudik !!! atau pulang kampung...sebagai salah satu ajang silahturahmi.

Mudik, pergi bersilahturahmi kembali menuju ke asal kota kelahiran kita atau menuju ke rumah orang tua kita, untuk beberapa waktu, di waktu musim lebaran dan liburan untuk bertemu orangtua maupun saudara. Seperti itulah singkatnya pandangan mudik menurut saya ;).
Sejak saya kecil, saya mengenal tradisi yang dilakukan sebagian masyarakat Indonesia ini, sangat mengasyikkan sekali. Karena mudik ini akan "lebih terasa" dengan menggunakan  angkutan umum.  Sebagai misal naik Bus. Saya pikir naik Bus kota merupakan salah satu perjalanan yang cukup menyenangkan. Ada dua tipe Bus, yang biasa kita temui di terminal sebagai Bus "Patas"  dan non "Patas". Arti "Patas" disini, adalah "cepat terbatas". Sebenarnya jika ditinjau, perbedaan dari tipe Bus ini selain dari tarif, juga dari komposisi tempat duduk Bus, dan tentu jarak tujuan kota yakni tipe Bus juga AKDP ( Angkutan Kota Dalam Provinsi ) dan AKAP (Angkutan Kota Antar Provinsi). Ada Bus biasa, dan ada Bus Malam.  Nah, apa atmosfir yang bisa dirasakan???
biar rempong asal ketemu keluarga dong

Jika bepergian menggunakan bus, ada beberapa suasana-suasana yang  bisa dirasakan,  ramai, bising suara kendaraan, hirukpikuk antara penumpang masuk, bau solar yang kadang menyengat, mungkin sudah biasa ditemui. Namun, ada sisi -sisi yang menghibur, dan cukup memberikan warna yang berbeda di dalam perjalanan kita. Sebagai misal di tengah perjalanan, di dalam Bus, sudah barang tentu akan kita temui, para pengamen jalanan. Kehadiran mereka yang terkadang tidak datang sendirian, dan bahkan rombongan, menyanykan tembang-tembang seakan menyuarakan kehidupannya. Pengamen yang masih muda, perempuan yang bahkan membawa anak, seorang yang sudah tua bisa kita temui. Inilah sajian "livemusic" di perjalanan kita.  Selain pengamen, ada pedagang asongan yang dengan gigih menjajakan barang dagangan. Ada banyak sajian dagangan, dari makanan ringan, buah tangan, koran, buku beracam-macam dan para pedagang ini datang dengan bergantian....Terkadang, ada pengemis jalanan, atau seseorang yang meminta sumbangan dengan membagi-bagikan amplop kepada seluruh penumpang....sungguh membuat iba. Bisa dibilang membagikan sebagian uang kita untuk orang-orang seperti inilah yang insyallah akan memberikan barokah. Seakan kita beramal..;), terhindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Jangan lupa untuk tidak bersikap berlebihan, karena bisa saja ada orang-orang yang mungkin mempunyai niat tidak baik dan mempunyai kesempatan,,tetap hati-hati, mawas diri, dan yang pasti selalu berdoa!. Karena, kita melakukan perjalanan ini sebagai salah satu cara mempererat tali silaturahmi.
Jadi, ada banyak cerita di dalam tradisi mudik,,,,ada banyak makna,,,
mudik, meskipun jauh, akan ditempuh juga..tentunya dengan memperhatikan situasi kondisi yang kita miliki.


^Selamat Mudik bagi yang menjalankan, semoga selamat sampai tujuan^

*tulisan ini jug dipost di kompasiana*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi Pengalaman tentang Beasiswa Unggulan Kemdikbud

Cerita dari Negeri Salak: a short story from five days field research

Caps Lock yang Menyala dan Kacamata di atas Rupa