3P: Piala Dunia, Puasa, dan Pilpres

Hari kedua puasa di bulan Ramadhan.

ayo memilih!
Bulan-bulan ini dihiasi dengan banyak momen-momen, seperti yang paling hot di dunia adalah sepakbola piala dunia, bagi muslim adalah bulan ramadhan, dan yang paling hangat di negeri tercinta Indonesia adalah pemilihan presiden. 
Piala dunia, perayaan empat tahunan di dunia persepakbolaan. Di Indonesia, pesta demokrasi dalam menentukan pemimpin bangsa dilakukan setiap lima tahun sekali, dalam waktu lima menit saja. 
Sedangkan puasa Ramadhan, bulan berkah saat kita menjalani puasa dengan 30 hari lamanya, lalu ada hari kemenangan, hari lebaran. 

Terhitung 10 hari dari sekarang, rakyat Indonesia akan menentukan pemimpin untuk lima tahun ke depan. Jadi, apa hubungannya momen-momen tersebut?, apakah ada hubungannya? (namun sangat renyah untuk dihubung-hubungkan). Sebagai manusia yang mempelajari manusia, akan sangat menarik sekali untuk mengamati fenomena-peristiwa yang terjadi di hari-hari ini....itu seperti kita sedang mengomentari komentar-komentar. Jadi,  apa yang dapat dihubungkan antara Piala Dunia, Puasa dan Pilpres? :D

1. Belajar politik dan melek politik. Membicarakan pilpres, tentu akan membawa kita pada pembicaraan politik. Dan dunia politik itu penuh dengan konsep-konsep seperti intrik, taktik, strategi, manuver, koalisi, ideologi, vote, swing voters, golput, kampanye hitam dan game theory (pasti pernah dengar ya)?.... Jadi tidak mengherankan jika di media diberitakan ketika si tokoh A mengatakan ini, politikus B berpendapat seperti ini dan kontra dengan si A tadi...tiga hari kemudian mereka bersatu, atau ber”cerai”. Mungkin bisa juga seorang tokoh partai C mengatakan sesuatu hal, lalu besok-besoknya ia akan mengatakan hal yang lain lagi. Maka kita akan ingat pada sebuah pepatah/pernyataan dalam bahasa Jawa yang mengatakan “Isuk dele, sore tempe”. Oya, di dunia sepakbola juga seperti itu ya?, punya taktik-strategi, untuk menyerang, melawan, mempertahankan, dan pasti punya goalnya juga kan....:D
2. Bijak dalam memperoleh informasi perihal kandidat. Selama beberapa pekan, kampanye telah dilakukan dengan bervariasi, dari yang putih hingga yang hitam. Dari yang kreatif atau pun yang ikut-ikutan, yang trendsetter atau follower. Terutama di media jejaring sosial, saat ini efektif menjadi ajang untuk berbagi pendapat, ide, pujian hingga hujatan, komentar, sebagai bentuk memberikan dukungan dan kampanye. Sebagai pendukung, atau rakyat, kita bisa membaca berita-berita di media, dengan memilahnya, terutama pada sumber yang terpercaya. Memang, hukum media yang mengatakan “bad news is good news” akan selalu hidup terlebih pada momen pilpres seperti saat ini. Berita dan informasi ini cukuplah untuk memberikan penguatan pada alasan-alasan dan sebab-sebab kita memilih si kandidat. Pada gilirannya, setiap orang akan memiliki pendapatnya masing-masing. Si pemain sepakbola juga punya skill di posisinya masing-masing. Si striker, si penjaga gawang, gelandang, dsb.    
3. Kampanye di (media) jejaring sosial dengan moral dan normal. Kampanye di media sosial sangat kreatif dan menarik (dalam hal batas kewajaran). Selama itu tidak menghina, atau menjatuhkan salah satu kandidat. Mudahnya media saat ini hanya membutuhkan kita untuk mengklik “share” atau mengklik “like”, atau bahkan memberikan suatu “coment”, yang bisa mewakiliki kita setuju pada isi berita/info tersebut. Namun media sosial sekarang bisa dikatakan sangat frontal, dan kadang-kadang ada yang tidak bermoral. Apa beda supporter bola dan supporter debat capres?. Coba lihat di televisi kala debat capres-cawapres ditayangkan: sama-sama ramai, sama-sama punya yel-yel, dan malah ramainya itu sangat tidak disadari ada di dalam sebuah ruangan resmi, formal, dan serius. Sepertinya hanya beda tempat saja.... 
4. Memperdebat(kan) debat kandidat. Sayang sekali hampir habis debat kandidat (capres-cawapres), terbitlah debat pendukung (mungkin karena judulnya debat, jadi sangat renyah untuk didebat-debat). Fanatisme pendukung memang tak dipungkiri terjadi, dan itu wajar sekali.  Namun seharusnya kita menyaksikan debat capres itu seperti kita menonton film. Kesimpulannya silahkan ditanggung oleh penonton itu sendiri, dan itu akan terjadi berdasar interpretatif kita, bagaimana kita melihat dan menilainya. Bahkan, perbedaan pendapat (yang sebenarnya karena perbedaan memilih kandidat) diantara pendukung dapat menimbulkan percik api konflik di kehidupan sosial kita. Padahal debat di pemilu ini pun tentu bertujuan untuk mengetahui kualitas, bobot, dan visi-misi dari setiap kandidat. Semua orang tentu akan paham jika, dalam sebuah pertandingan sepakbola pasti ada "sang komentator", baik yang mengikuti sepanjang pertandingan, setelah pertandingan, dan ya supporternya.....semua dikupas habis bagaimana jalannya pertandingan. apa saja gerak-gerik, dan atau selebrasi yang dilakukan, ekspresi, hingga gaya-gaya si pemain bola. 
5. Karena sesungguhnya di dunia ini, mengandung oposisi biner. Bahwa di dunia ini akan selalu ada positif dan negatif. Baik dan buruk. Benar dan salah. Hitam dan putih. Kekuatan dan kelemahan. Seharusnya secara bijaksana kita dapat mengatakan jika setiap capres-cawapres dan partai, para calon pemimpin memiliki semua hal diatas. Hanya saja, kadar manakah dari sisi-sisi diatas yang lebih besar, dan lebih berat ya?. Nah, pertandingan sepak bola mengharuskan ada tim yang menjadi pemenang, juara satu, juara liga, juara dunia. membawa piala, dsb. Ada tim yang menang, dan ada tim yang kalah. Ada banyak faktor terjadinya hal ini seperti berdasar melalui pertandingan-pertandingan yang telah dilewati, dan skill  pemain yang diasah setiap latihan..... 

Lalu, Apa hubungannya dengan puasa?. Sekarang bulan puasa, bulan ramadhan penuh berkah. Jadi, berlomba-lomba berbuat kebaikan dan kemanfaatan saja ya....momen ini sangat baik dan berharga untuk kita banyak beribadah, banyak beramal dan berbuat kebaikan. Momen pilpres dan piala dunia itu, tidak mengurangi niat kita untuk berkonsentrasi dalam menjalani ibadah di bulan ramadhan. Tidak mengurangi kemanfaatan dan berkah. barokah. amiin.....
Sebenarnya upaya-upaya ini adalah sebuah proses-proses, pertimbangan pengetahuan yang bermuara pada partisipasi kita di hari pemilu tanggal 9 Juli nanti. Manusia diciptakan memiliki otak untuk berfikir, dan hati untuk me”rasa”. Dua indera penting yang bisa mendukung suatu perubahan di negeri ini, dalam momen pilpres ini. Jadi, manfaatkanlah dan gunakanlah hak anda sebagai rakyat Indonesia yang turut menegakkan demokrasi, yakni berpartisipasi melalui memilih capres di hari pemilu nanti.  Tentu saja dengan bijak....diselaraskan oleh otak dan hati....otak dan hati...salamJ  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar