Pengalaman Tak Terlupakan, Penelitian Lapangan di Desa Ganjaran, Kab. Malang

Saya adalah mahasiswa semester 2 jurusan Antropologi di sebuah universitas terkemuka di kota Malang.  Meskipun masih terbilang semester awal, saya teman-teman sudah melakukan penelitian lapangan perdana di  desa Ganjaran, kabupaten Malang. Pengalaman tinggal di daerah yang belum dikenal sebelumnya, dan berinteraksi dengan masyarakatnya yang berbeda budaya pula, adalah suatu hal yang tak terlupakan, semua itu bertumbuh karena Antropologi dan penelitian lapangan adalah suatu hal yang tak terpisahkan.
Jadi, apakah ilmu antropologi itu? dan betapa menariknya ilmu ini karena pada pengumpulan faktanya kita harus “terjun” langsung ke “lapangan”.
menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik,masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
untuk ilmu Antropologi, penelitian lapangan kerupakan cara terpenting untuk mengumpulkan fakta. Peneliti datang sendiri dan menceburkan diri dalam suatu masyarakat untuk mendapat keterangan tentang gejaa kehidupan manusia dan masyarakat itu.
Kehidupan masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya adalah laboratorium para antropolog.  Observasi Partisipasi dan wawancara mendalam yang menjadi salah satu instrumen utama dalam menemukan data.
Wah, menarik bukan Antropologi itu???

Pengalaman penelitian lapangan pertama saya, bersama teman seangkatan dan para dosen yang tinggal selama 10 hari di sebuah desa bernama Ganjaran, Gondanglegi, Kabupaten Malang.  Sejak tanggal 2-12 Juli 2012, Kami semua harus bisa membaca fenomena dan gejala sosial yang terjadi di masyarakat Ganjaran, yang notabene adalah daerah pondok pesantren dan dihuni oleh masyarakat yang berasal dari madura. Di desa Ganjaran, salah satu komoditas utamanya adalah tanaman Tebu.
Berinteraksi dengan masyarakat yang belum dikenal sebelumnya, makan bersama di rumah keluarga yang baru dikenal, mandi di kamar mandi yang bukan rumah kita sendiri, memasak nasi tidak dengan elpiji, merasakan manisnya  tebu, mengikuti pengajian, melihat  kemeriahan karnaval yang kental dengan kultur madura padahal di Malang, berbagi alas tidur bersama teman, berkenalan dengan banyak orang, melepaskan tawa dengan bermain bersama anak-anak yang ditinggal orang tua yang bekerja di Luar Negeri, terperangah dan keheranan dalam berkomunikasi karena mayoritas menggunakan bahasa madura, mendengarkan cerita warga,  berbagi keluh kesah kehidupan di desa, suka dan duka,  melihat rumah yang bukan dari bata.  Mendengarkan harapan yang kadang tak sesuai dengan kenyataan dan impian, melihat kenyataan yang jauh dari perkiraan, dan membaca harapan dari semua kenyataan. Rasa syukur dan prihatin yang terkadang melebur jadi satu,  semua itu bertumbuh dalam jiwa raga, hati dan nurani saya  untuk bisa membaca fenomena dan gejala sosial yang ada. Rasa kepekaan dan sensitifitas analisis sosial sangat ditekankan, tentunya dengan melalui proses.
Kehidupan ini bagaikan ’sekolah’, dan ‘gurunya’ adalah orang-orang yang kita temui di dalam kehidupan kita. Seperti itulah kiranya, kerja para antropolog, setiap hari kami harus menuliskan catatan harian, yakni segala hal yang sudah kita peroleh selama aktivitas dalam sehari. Apa yang kulihat, kurasa dan kudengar.
Penelitian lapangan, setidaknya memberikan realitas sesungguhnya segala hal yang terdapat di masyarakat. Teori dan kuliah di dalam kelas tidaklah cukup, jadi pergilah ke ‘kehidupan sebenarnya’, Pergilah “turun ke lapangan” !!! ;)
it was unforgettable moment ;)
Sawah dan Kangkung, pemnadangan yang sangat alami

Karnaval !!!

Indonesia mengajar, #ehbukan hehe narsis bareng adek-adek Ganjaran
referensi: Koentjaraningrat,1990. Pengantar Ilmu Antropologi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar