Nidayaku, Dari "Asmat Papua" sampai "Reog Ponorogo"

Menghabiskan waktu di hari jumat dengan "express yourself with your community" di acara Nidayaku, 23 Mei 2014. Sekber menjadi ramai dengan kertas-kertas dan tali rafia. semua dilakukan atas dasar senang, bebas, dan "refreshing" untuk berpartisipasi. Kali ini Mimesis mendapat tema kostum dari suku Asmat. Dan, teman-teman saya ini kreatif sekali karena memanfaatkan "produk-produk intelektual" kami yang bisa dibentuk, dilipat, digunting dan ditempel. 
Tahun ini, masih dilaksanakan pawai, dan permainan tradisional. Namun, bintang tamu kali ini tidak kalah heboh dari tahun sebelumnya, karena di depan fakultas tercintah- menampilkan pergelaran Reog Ponorogo, dari Sukun. Menurut info sambil lalu, para pemainnya ini masih muda-muda dan termasuk gabungan dari mahasiswa/i asal Ponorogo. Jadi ingat, di masa awal semester dulu, pernah lihat Reog dan warok-waroknya di depan lapangan rektorat....sekarang, mendekati masa akhir semester..lihat Reog di depan fakultas sendiri....
Actually, time so fast...

mistik (mimesis cantik) hahaha
mimesis mimesis aja lalalala

Reog Performance at FIB UB from Sukun
Jathilan girls at Reog Dance Art Performance 
Reog Beraksi
Seni tradisi diwarisi sejak dini
Warok, jathilan dan reog

Komentar

Dhian mengatakan…
Hahaha aku suka jargonnya "Mistik" (Mimesis Cantik) :D masih inget aku pas ke sekber Mimesis ada sesi foto2 ngga taunya :') haha

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar