Seorang yang Mencari Hangat Disebuah Kota dengan Panas Menyengat

Tiba-tiba mengingat orang-orang yang memberi rasa hangat. Di sebuah kota yang panasnya cukup menyengat di atas aspal. Di sebuah kota yang konon syahdu, penuh balutan rindu. Tetapi ada saat semua begitu diburu. Ada saat-saat selalu berpacu dalam waktu. Sepi dan sendiri yang harus dilawan. Harus? Mereka bukan orang-orang yang ditemui setiap hari. Sesekali. Mereka yang berkata. Tetapi juga tidak mengatakannya berkali-kali. Di sela sekat-sekat, meja panjangnya ada rasa nyaman ketika datang ke karena didorong rasa lapar. Ataukah hanya merasa lebih baik saat mendengar "mau makan apa mbak?".  "fakultas apa mbak?" "semoga sukses ya". Meluncur begitu saja. Di menit berakhir pun demikian. Mereka seperti merasakannya. Atau mengatakan sekali, namun sudah cukup berarti. "selamat ya mbak, semoga barokah ilmunya". Pasti mereka tahu, atau hanya mengamati, tidak tahu sebenarnya. Mereka biasa-biasa saja. Mereka juga akan menemui ratusan orang bernasib sama. Datang ke sebuah kota untuk berburu ilmu.   

Maybe, you've been lonely too long...or, you re so cold. Kamu dingin? kamu sungguh merasakan hangat tak seberapa di kota yang panas menyengat? Apa kamu ingat apa yang membuat hangat? Kamu datang dari mana?


Semua orang hangat dan ramah yang pernah kutemui di kota gudeg waktu itu, semoga kebaikan pun terlimpah pada Anda....Kantin perpustakaan, fotokopi kampus, di antara ingatan yang terjaga dan yang alpa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar