Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

World of Dream: Ketika Air Tak Lagi Jernih, Tak Lagi Bersih: Penga...

World of Dream: Ketika Air Tak Lagi Jernih, Tak Lagi Bersih: Penga... : Air ibarat sebuah nafas bagi kehidupan. Air adalah sumberdaya yang menghidupi mahkluk di bumi.  Berjuta-juta air yang setiap hari mengali...

Ketika Air Tak Lagi Jernih, Tak Lagi Bersih: Pengalaman Masyarakat Desa di Pinggiran Air Sungai di Kabupaten Lamongan (Lomba penulisan kreatif #FestivalMedia2013)

Gambar
Air ibarat sebuah nafas bagi kehidupan. Air adalah sumberdaya yang menghidupi mahkluk di bumi.  Berjuta-juta air yang setiap hari mengalir, mengisi sendi-sendi kebutuhan pokok kita. Namun, pernahkah kita membayangkan jika suatu hari air menjadi suatu sumberdaya yang langka dan tak mengalir lagi di dunia? Atau pernahkah kita membayangkan jika suatu hari air yang kita konsumsi tidak lagi jernih, tidak lagi bersih?. Dalam tulisan ini, saya memberikan sketsa mengenai sebuah kehidupan desa di Lamongan yang setiap hari dekat dengan kehidupan air.   Keberadaan  air menjadi sumberdaya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu masyarakat. Sebagaimana kehidupan masyarakat di sebuah desa di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, tepatnya di desa Rejotengah, yang bergantung dengan air. Mata pencaharian masyarakat memegang kendali pada ketersediaan air. Kehidupan ekonomi masyarakat berputar melalui siklus dari dua sektor pembudidayan, yakni sawah dan tambak yang membutuhkan ketersediaan air.

Ospek Mahasiswa Baru: Ibarat Ritus Daur Hidup

Gambar
PKKMABA FIB UB 2013 Entah harus mengawalinya dari mana. Terlalu banya cerita dan pahatan pengalaman untuk mempersiapkan suatu up(acara) selama 2 bulan untuk 2 hari ini. Suatu proses yang tidak mudah. Datang jam 5 pagi pulang lebih dari jam 5 sore, untuk beberapa kali. Terlalu banyak kata-kata bermakna, dari teman-teman seperjuangan, yang berusaha bersama-sama menyukseskan acara menyambut adik-adik generasi kami. Lelah, menyerah, resah, gelisah, tanpa arah, hampir-hampir menyertai kami. Kegalauan, ketakutan beriringan dengan keraguan. Hampir setiap hari pergi ke kampus, yang selalu terbuka, selama 24 jam. Saya dan Imut harus membagi konsentrasi kami kepada kelompok 22, sebanyak 22 orang.  Berbagi kecerewetan dan jarkoman untuk melewati 2 hari, agar tak ada suatu hal tertinggal ataupun mereka bakal dilanda pelanggaran. Dari suatu kepanitiaan ini. Saya banya belajar teman-teman baru yang dikenal, dari berbeda angkatan dan berbagai jurusan. Saya belajar dari apa yang mereka