Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Ada Apa Dengan "Ada Apa Dengan Cinta"

Gambar
Hari-hari kehidupan manusia terkadang dipenuhi dengan kebetulan-kebetulan. Dan ketepakan-ketepakan yang pas atau tidak pas. Hari-hari ini anak muda Indonesia yang terlahir di tahun 90-an, hidup masih sangat belia pada era awal 2000an tentu mengenal film Ada Apa dengan Cinta. Sebuah film kisah romantis percintaan, persahabatan, permasalahan keluarga,yang sangat khas anak remaja. Dalam suatu pembahasan mengenai film AADC ini, disebutkan bahwa film yang diproduseri Mira Lesmana dan Riri Riza ini menjadi film penanda kebangkitan dunia perfilman Indonesia. Apa hubungannya?. Jadi, saya barusaja mendownload film ini, menontonnya lagi (terakhir lupa sekali kapan menontonnya) dan karena saya juga merasa lupa-lupa ingat ceritanya. Dan malah saya merasa belum menonton film ini sampai tamat (?). ADDC (google.com) Ternyata, tanpa harus saya susah-susah mendownload, sebuah tv nasional rupanya menayangkan kembali film AADC disertai dengan mini dramanya, yang menjadi sebuah brand media sosi

Renungan tentang Perjuangan

Gambar
S uatu malam ketika   online   jejaring sosial Twitter, saya terkesan dengan sebuah   tweet   yang telah dir etweet   dan muncul   timeline   saya. Kalimat kicauan   tersebut segera saya   favorite   dan   retweet .   “Apa pun kampusmu, itu adalah kampusmu, tetap yang terbaik, orang-orang harus tahu, semuanya adalah romantisme, sisanya adalah perjuangan”   @pidibaiq, 17 Agustus 2014. Dan benar saja, kalimat kicauan dari akun milik Pidi Baiq ini tampaknya menarik menjadi bahan renungan yang entah mengapa bisa sesuai dengan kondisi kampus kita, fakultas kita, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya. Ya, romantisme memang ada, namun tetap saja perjuangan juga ada. Bulan Agustus lalu, program studi di bawah naungan Fakultas Ilmu Budaya dikabarkan terlalu berlebihan oleh beberapa media lokal di Kota Malang. Permasalahan yang terjadi di enam prodi  Fakultas Ilmu Budaya yakni Pendidikan dan Sastra Indonesia, Pendidikan dan Sastra Jepang, Pendidikan dan Sastra Inggris, Sastra Cina, A

Media Rasa Sastra

Gambar
Tulisanmu dikritik sama dosenmu?, itu biasa. Tulisanmu diedit sana-sini sama teman persmamu?, itu juga udah biasa banget. Pernahkah terbayang jika tulisanmu secara langsung dibedah dihadapan dua puluh anak peserta workshop dengan pemateri setenar Ayu Utami?. Ya, ini baru hal yang bisa disebut luar biasa. Dan sedang saya rasakan saat ini. Sabtu pagi, sebuah workshop kepenulisan diselenggarakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam UKM Penulis dan teateru Komunitas UM, di Perpustakaan Umum Kota Malang. Workshop yang menghadirkan pemateri penulis Dwilogi Saman-Larung dan Bilangan Fu, Ayu Utami, diadakan selama dua hari dengan pembahasan topik berbeda.  Workshop hari pertama membahas topik jurnalisme sastrawi, sedangkan di hari kedua adalah menulis cerpen. Tamales datang, mbak Ayu Utami! Sebelumnya, para peserta workshop ini diminta oleh pihak panitia acara untuk mengirimkan karya sesuai dengan topik pembahasan. Saya pun mengikuti workshop yang membahasa mengenai jurnalisme sastraw

September Ceria or Wake Me Up When September End?

Gambar
Hello September! You  will end with all the problem that going through. September. Terlalu banyak dinamika yang terjadi di bulan ini. Bulan ini bagi saya  menjadi bulan “inisiasi” sekaligus “transisi” untuk mengenal dunia: kuliah kerja nyata. Memang belum berakhir pelaksanaanya dan bahkan belum dimulai kerumitan laporannya. Seperti pagi ini, ketika suara-suara meminta untuk didengar. Selalu didengar sampai kapanpun. Suara mahasiswa. Gemuruh riuh mahasiswa berorasi dengan diiringi lantunan kalimat laillahailallah di sekitar kantor DPRD Kota Malang. Sambil membawa properti demonstrasi berbentuk mirip keranda mereka letakkan di depan kantor. Bendera kuning mereka bentangkan, bendera merah putih ditenteng dan tulisan-tulisan aspirasi mereka bawa dan diangkat tinggi-tinggi.   Rupanya dewan dan suara mahasiswa ini bagai gayung bersambut. Usaha mereka pun diterima dan diperbolehkan untuk menyampaikan aspirasi di depan para dewan secara langsung. Aspirasi mahasiswa PMII

Daiso, Menerawang Negeri Jepang Lewat Toko Barang

Gambar
Tunjungan Plaza lambang pergaulan arek SBY Momen lebaran yang masih terasa di awal bulan Agustus tahun 2014 kami sekeluarga lalui dengan bersilaturahmi, berkumpul, dan bertukar kado di rumah eyang di Surabaya. Ikatan kekerabatan memang harus senantiasa dipererat, meski orang tua telah tiada. Perjalanan sehari, setelah silaturahmi, sebelum pulang ke kota Malang, kami memutuskan untuk nge -mall di salah satu lambang pergaulan mall nya arek-arek Suroboyo. Bapak saya hapal tempat seperti mall Tunjungan Plaza, yang memang sebelumnya kami pernah kunjungi (dan tak bosan dikunjungi lagi).  Mall Tunjungan ini ada lima lantai, dan cukup besar, karena ada TP (sering disebut begini) 1,2,3 dan menyambung dengan perumahan. Di Surabaya itu, rasa-rasanya kalau lihat pemandangan kotanya cukup menyenangkan, karena salah satu kota metropolitan yang membuat kita diharuskan mengenagdahkan kepala kita ke atas. Ada banyak sekali gedung tinggi nan bagus dan antik disini. Sebenarnya, mau jalan-jalan ata

Catatan Terbuka (Apa Adanya) Pilpres 2014

Gambar
10 Juli 2014 Fresh from  twitternya bang Edi Brokoli lho! Selama Pilpres atau jauh sebelumnya, rakyat Indonesia mungkin sudah terlalu menjadi bingung, merasa sebal, was-was, dan emosional ketika menyaksikan di layar televisi mereka. Terlampau sering dan sudah bisa dibandingkan, media tv mana yang memihak salah satu kandidat, atau televisi tersebut menjadi kendaraan partai politik tertentu. Media saat ini yang menjadi pemberi informasi dan pembentuk opini publik yang paling berpengaruh, tidak selalu memberikan informasi yang menjunjung kebenaran, dan berimbang. Yang menyedihkan lebih pada proses kampanye yang berlangsung sangat masif, hitam dan penuh dengan fitnah kabar geje disana-sini. Sebelum hari pencoblosan, media sosial bahkan menjadi media yang paling ramai, dan seru untuk melihat minat dan ketertarikan rakyat untuk berpartisipasi. Hal itu terlihat dari ada banyak hastag yang kalimatnya mendukung capres tertentu, atau hujatan, atau merayakan bahwa Indonesia sedang be

3P: Piala Dunia, Puasa, dan Pilpres

Gambar
Hari kedua puasa di bulan Ramadhan. ayo memilih! Bulan-bulan ini dihiasi dengan banyak momen-momen, seperti yang paling hot di dunia adalah sepakbola piala dunia, bagi muslim adalah bulan ramadhan, dan yang paling hangat di negeri tercinta Indonesia adalah pemilihan presiden.  Piala dunia, perayaan empat tahunan di dunia persepakbolaan. Di Indonesia, pesta demokrasi dalam menentukan pemimpin bangsa dilakukan setiap lima tahun sekali, dalam waktu lima menit saja.  Sedangkan puasa Ramadhan, bulan berkah saat kita menjalani puasa dengan 30 hari lamanya, lalu ada hari kemenangan, hari lebaran.  Terhitung 10 hari dari sekarang, rakyat Indonesia akan menentukan pemimpin untuk lima tahun ke depan. Jadi, apa hubungannya momen-momen tersebut?, apakah ada hubungannya? (namun sangat renyah untuk dihubung-hubungkan). Sebagai manusia yang mempelajari manusia, akan sangat menarik sekali untuk mengamati fenomena-peristiwa yang terjadi di hari-hari ini....itu seperti kita sedang mengo

After Research: Kisah Tentang Rumah-Rumah Selama Penelitian Lapangan

M enurut saya, ini adalah sebuah cerita yang bisa dicerita-ceritakan. Menurut saya cukup unik juga, atau kebetulan saja,atau ya itu tadi....bisa diceritakan dan dijadikan tulisan. Namun hal ini agak sedikit (kita sebut saja, horor, walaupun mungkin sebenarnya ini juga bisa jadi gosip) terkait pengalaman selama penelitian dari tahun 2012-2014. Ada kesamaan yang saya rasakan dan saya temukan selama menjalankan tradisi dan ritual di prodi antropologi ini. Jika dihitung secara keseluruhan hingga saat ini, total kegiatan lapangan yang sudah saya lakukan selama menjadi mahasiswa antropologi adalah: Penelitian Gondangegi, Desa Ganjaran (peserta) Penelitian Lamongan, Desa Kebontengah (peserta) Penelitian Ampelgading, Desa Purwoharjo (peserta) Penelitian Gondanglegi, Desa Sepanjang (supervisor) Lalu, apakah kesamaanya itu?, dalam setiap lokasi tempat tinggal saya dan teman-teman bisa dikatakan dilekati gosip dan sesuatu yang mungkin fenomena nya harus begitu.... 1.  Pe nelitia

Nidayaku, Dari "Asmat Papua" sampai "Reog Ponorogo"

Gambar
Menghabiskan waktu di hari jumat dengan "express yourself with your community" di acara Nidayaku, 23 Mei 2014. Sekber menjadi ramai dengan kertas-kertas dan tali rafia. semua dilakukan atas dasar senang, bebas, dan "refreshing" untuk berpartisipasi. Kali ini Mimesis mendapat tema kostum dari suku Asmat. Dan, teman-teman saya ini kreatif sekali karena memanfaatkan "produk-produk intelektual" kami yang bisa dibentuk, dilipat, digunting dan ditempel.  Tahun ini, masih dilaksanakan pawai, dan permainan tradisional. Namun, bintang tamu kali ini tidak kalah heboh dari tahun sebelumnya, karena di depan fakultas tercintah- menampilkan pergelaran Reog Ponorogo, dari Sukun. Menurut info sambil lalu, para pemainnya ini masih muda-muda dan termasuk gabungan dari mahasiswa/i asal Ponorogo. Jadi ingat, di masa awal semester dulu, pernah lihat Reog dan warok-waroknya di depan lapangan rektorat....sekarang, mendekati masa akhir semester..lihat Reog di depan fakultas s

Pembacaan "Saman", Karya Ayu Utami

Gambar
Judul                    : Saman Penerbit/Tahun     : Kepustakaan Populer Gramedia, 2013. Penulis                 : Ayu Utami Buku pertama dari Dwilogi (Saman-Larung) Membaca novel sastra ini seperti kita mempelajari studi tubuh, relasi rumit pria-wanita, dan tentang buronan “religius” yang terlibat dalam masyarakat. Cetakan 2013, gambar nya aja udah gimana? Seperti inilah kiranya pendapat dari pembacaan saya terhadap novel sastra yang memenangkan sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998, yang pada masa itu masih suasana lepas dari Orde Baru. Berkisah tentang persahabatan empat perempuan sejak remaja yakni Shakuntala, Cok, Yasmin dan Laiala yang memiliki karakter berbeda. Namun, dalam novel ini dikisahkan cerita utama menyorot pada sosok mahasiswa yang pernah datang ke sekolah mereka kala SMP, yang bernama A. Wisanggeni, yang karena suatu hal maka ia harus mengganti namanya menjadi “Saman”. Rupanya Yasmin dan Laila adalah dua sahabat yang menyimpan r