Catatan Terbuka (Apa Adanya) Pilpres 2014


10 Juli 2014

Fresh from  twitternya bang Edi Brokoli lho!
Selama Pilpres atau jauh sebelumnya, rakyat Indonesia mungkin sudah terlalu menjadi bingung, merasa sebal, was-was, dan emosional ketika menyaksikan di layar televisi mereka. Terlampau sering dan sudah bisa dibandingkan, media tv mana yang memihak salah satu kandidat, atau televisi tersebut menjadi kendaraan partai politik tertentu. Media saat ini yang menjadi pemberi informasi dan pembentuk opini publik yang paling berpengaruh, tidak selalu memberikan informasi yang menjunjung kebenaran, dan berimbang. Yang menyedihkan lebih pada proses kampanye yang berlangsung sangat masif, hitam dan penuh dengan fitnah kabar geje disana-sini.
Sebelum hari pencoblosan, media sosial bahkan menjadi media yang paling ramai, dan seru untuk melihat minat dan ketertarikan rakyat untuk berpartisipasi. Hal itu terlihat dari ada banyak hastag yang kalimatnya mendukung capres tertentu, atau hujatan, atau merayakan bahwa Indonesia sedang berdemokrasi, karena rata-rata hastag tersebut menjadi trending topic worldwide (sedunia). Pemilu yang katanya dulu, dilaksanakan dengan rahasia, namun sekarang telah bergeser menjadi terbuka, karena masyarakat sudah "declare" saya pilih si A atau pilih si B. Bahkan ada yang terang-terangan pindah, ada yang fanatis sekali dengan setiap hari mempromosikan (atau mungkin berusaha menghasut orang lain) dengan capres pilihannya. Rakyat sudah berubah....partisipasi, kepedulian dan minat terhadap politik dan pemimpin semakin bertambah. Gerakan massa saat ini tidak melulu "ayo kita membuat organisasi", tapi hanya dengan merutinkan jari-jari kita diatas layar-layar smartphone, dan cukup mengetik #, tweet dll.
Setelah Pilpres, cobaan dan godaan akan kesimpangsiuran dan ketidakberimbangan masih terus saja berhembus, dan disebarkan kepada rakyat Indonesia. Jika kemarin media-media mencoba menggali dan membentuk opini publik, kini  lembaga riset survei, hitung cepat yang sedang tumbuh di Indonesia ini mengambil bagian. Dalam beberapa acara rilis hasil quickcount yang ditayangkan di televisi bahkan tampil meriah karena diberi acara hiburan musik serta dialog-dialog. 
Survei apapun baik kuantitatif maupun kualitatif, tentulah harus menggunakan metode, teori dan sampel yang akurat dan tepat. Akan sangat melegakan apabila mereka para lembaga survei tersebut bertemu dan sharing, atau konfers secara terbuka dan netral untuk melaporkan hasil-hasil temuaanya. Jika perlu, kemukakan siapa pemilik lembaga survei tersebut. 
Hal terpenting adalah turut mengawal proses demokrasi Indonesia, dalam pemilihan presiden ini. Kerjasama yang handal, baik dan dipercaya ketika presiden, pemerintah, KPU dan masyarakat sama-sama "berniat baik" dalam melaksanakan demokrasi ini. Agar hasil penghitungan real versi KPU benar-benar netral dan jujur. Sebenarnya adanya quickcount menurut saya dirasa tidak lain adalah membantu KPU, dan turut memberikan informasi mengenai hasil penyelenggaraan pemilu kepada rakyat Indonesia, yang sebagian lebih percaya pada angka-angka jumlah prosentasi besar atau kecil. Disaat yang sama, sebagian besar dari mereka hanya melihat angka tersebut, tanpa tahu dan mengerti sesungguhnya bagaimana angka tersebut diperoleh dan dijelaskan. Saya berharap semua lembaga menjadi lembaga survei yang netral, adil, akurat, tepat, bijak, berkode etik, memiliki integritas, dapat dipercaya dan tidak menebarkan kebohongan kepada rakyat. Saya tidak membayangkan, jika media-media kita saat ini sudah terlalu sangat sering mempengaruhi rakyat, yang belum lagi akan ditambahi dengan hasil survei yang ternyata berafiliasi oleh salah satu pasangan, atau tergiur dengan godaan yang menjauhkan dari sifat intelektualitas dan kejujuran. Saya mendengar langsung di televisi, salah satu ketua lembaga survei, Burhanudin Muhtadi mengatakan jika peneliti bisa saja salah atau benar dalam meneliti, namun mereka tidak boleh berbohong. Saya sangat setuju dengan pendapat ini. Jangan biarkan saya berpikir, berprasangka negatif bahwa penyelenggaran Pilpres 2014 ini menjadi ladang kejahatan ataukah ladang kebaikan bagi kita semua, apalagi di bulan Ramadhan ini. Doa teriring untuk negeri Indonesia, beserta seisinya. Rakyat atau pejabat, adalah satu bangsa Indonesia. 
Semoga pemimpin Indonesia yang terpilih nanti terberkahi dan amanah. Amin. 

*Mahasiswa calon sarjana dari Prodi Antropologi Sosial FIB UB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar