Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Antara Rapid Test, SWAB dan Nam Do San #ceritadaricorona

Gambar
  Saya harus memulai cerita ini darimana? Dua minggu ke belakang saya disibukkan oleh LPJ saya sendiri dan LPJ atasan saya. Saya tidak akan bercerita kerumitan LPJ tersebut. Satu hal pasti, proses LPJ ini harus melewati suatu tahap akhir bernama ACC (paraf tanda tangan). Inilah yang menjadi poin, bahwa kegiatan ini belum bisa dilakukan secara offline. Mengingat, selama ini kami mendapat (privilege) WFH.   Dengan demikian, saya harus datang ke kampus. Its okey, terkadang sekali dua kali waktu merasa rindu mendengar gemericik air mancur depan perpustakaan atau sekedar melihat bunga-bunga kuning di depan rektorat. Tetapi kemudian, menuju kampus serasa berangkat perang. Melawan dan berperang menghadapi pandemi. We never know, siapa dan apa. Sampai suatu ketika hari Selasa pekan lalu, saya datang menuju lantai 1 fakultas untuk mengurus administrasi. Nahas, ada satu lampiran yang belum tercetak. Bergegas dan terpaksalah saya menuju ke lantai kantor kami. Sebenarnya saya sudah “dicegat”

[Pengumuman] Progress UAS Menulis Kreatif Antropologi TA 2020/2021 Per 9/12

  Dear all, semoga dalam keadaan sehat selalu. Berikut mas dan mba.. saya ingin menyampaikan progress naskah UAS MKA per tanggal 9/12 Terimakasih saya sampaikan ke kalian berikut (ini hanya daftar tanpa urutan tertentu) kalian yang sudah mengembalikan revisi tahap I, sudah submit naskah sejak tanggal 7/12 Adinda Alya Nadia Icksan Bismo Nada Zhara Ulfa Tulisan mereka sudah saya baca dan silahkan diperiksa kembali di drive untuk ditindaklanjuti. Terlepas dari luas-sempit-dalam-permukaan (tulisan mahasiswa kan masing-masing berbeda).  Saya anggap kalian yang sudah mengumpulkan revisi tahap I ini naskahnya berhak saya baca terlebih dahulu (menandakan saya berkomitmen & menyediakan waktu prioritas untuk project kelas ini).  Saya harap Pemimpin redaksi kalian juga memberi contoh sebagai leader (minimal merespon/ konfirmasi/sudah selesai mengerjakan revisi) sehingga teman-temannya teryakin

Caps Lock yang Menyala dan Kacamata di atas Rupa

Gambar
Suasana sendu, bulir hujan tipis-tipis dengan dingin yang tidak terlalu menusuk tulang. Perkuliahan daring hampir mendekati hari akhir: UAS, Ujian Agak Serius. Itu sebuah guyonan jaman perkuliahan. Kalau UTS, Ujian Tidak Serius. Ini semacam bercandan dan entah mengapa bisa demikian. Apa memang benar begitu? Tetapi..berbicara tentang perkuliahan, semua sudah dibuat di RPS. Segala sesuatu sudah ada indikator dan tujuan ketercapaian.  Selama semester ganjil ini pula, akan tertulis di sejarah 2020 suatu proses belajar mengajar dihabiskan dengan 100% daring bermodalkan Zoom dan Google. Selama setengah hingga satu jam, mendengarkan suara tanpa wajah. Atau melihat wajah tanpa suara lantaran lupa menyentuh  unmute.  Dengan dua-tiga kali sehari dan ketika terlalu lelah konon katanya disebut Zoombie. Maka menulis seperti ini bisa menjadi obat. Setidaknya di masa pandemi ini. Jika ditarik ke belakang, saya kembali ke "diary elektronik" setelah tahu mahasiswa melakukan hal sama. Hamp

Nanti Kita Cerita Tentang Sore Ini

Gambar
belajar dan bermain      Mbak, putus-putus. Maaf mbak suaranya putus-putus. Suara nafasnya gresek-gresek mbak. 12!@#D@#$!%!*!@$ ………………….   Begitulah kira-kira, suara dan pesan singkat yang lalu lalang dari para generasi Z di kolom obrolan Zoom dalam sebuah pertemuan  kelas  virtual sore yang mendung ini. Input suara saya terdengar tipis-tipis. Saya agak termenung. Sekian pertemuan sebelumnya tidak pernah mengalami kendala alat-alat ini, baik gawai maupun laptop.  Visual dan materi yang disiapkan serasa menguap mubazir begitu saja.    Alhasil, informasi yang mereka peroleh pun demikian. Setengah-setengah dan putus-putus. Padahal, dibalik layar yang terpisah jarak ini, saya terkadang menahan kering kerongkongan dan nafas berat perut keroncongan.   Tapi, itu sudah biasa. Entah apa rasa yang membuat saya bertahan. Hari-hari ini, kita menjadi sangat tergantung dengan teknologi. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari memegang ponsel, menatap layar atau panasnya telinga tertutu

Sedikit Video, Banyak Curcolnya

Gambar
Kondisi Indonesia dan dunia sedang tidak baik-baik saja. Sejak kemunculan virus Covid-19 sekitar bulan Maret di Indonesia (ketika negara-negara lain sudah mendahului) hingga saat ini korban terpapar positif mencapai angka 200.000an ribu jiwa. Ini mengkhawatirukan jika dilihat dari lingkungan sekitar saya sendiri di Malang, orang-orang serasa tidak begitu saklek mengenakan masker atau sekedar memisah jarak yang lebar saat berkumpul. Baiklah, saya tidak sedang membahas Covid-19 dan dinamika masyarakat kita.   Satu hal yang paling terasa meski sebenarnya hal ini tidak terjadi lantaran virus, namun karena peradaban serta teknologi yang mengiringi. Adalah metode pembelajaran daring (dalam jaringan). Sudah lama saya ingin menulis ini, membahas, mencurahkan isi hati atau sekadar juga mengkritik segala berkaitan yang barangkali juga menyentuh sistem pendidikan, infrastruktur atau sumber daya manusia.  Pengalaman di hari ini, misalnya, bulan September. Bulan ini terhitung tujuh purnama setelah

Ada Apa Dengan Drama (bagian II)

Gambar
Kita akan bahas drama its okay not to be okay.  Oke. Drama favorit kita sudah hampir berada di ujung akhir cerita. Namun tetap saja, misteri siapa ibunya siapa dan apa hubungannya masih buram. Tetapi episode 11 cukup membuat masyarakat merasa “aaa” “uwuuu” dst. Adegan kissing yang ditunggu masyarakat? Adegan yang menujukkan bahwa percintaan gangtae dan moonyoung ini semakin tumbuh organik, passionately dan intimate dari hari ke hari. Bagian yang menarik adalah: gangtae mengajak mengobrol moonyoung. Ia cerita tentang kondisinya bersama kakaknya, sangtae. Ya, beban. Saudara yang normal pun kadang kita merasa sebal atau merasa seperti “unfamiliar family”. Apalagi memiliki saudara “berbeda” berkebutuhan khusus. Gangtae meminta, ia ingin moonyoung “menemani”. Nah…inilah pentingnya berkomunikasi. Orang yang mencintaimu pasti akan mencoba memahami keadaanmu. Kita juga mungkin atau setiap orang mungkin memiliki “sangtae”nya versi masing-masing. Entah itu disebut beban, cobaan. Dan jawab moon

Seorang yang Mencari Hangat Disebuah Kota dengan Panas Menyengat

Tiba-tiba mengingat orang-orang yang memberi rasa hangat. Di sebuah kota yang panasnya cukup menyengat di atas aspal. Di sebuah kota yang konon syahdu, penuh balutan rindu. Tetapi ada saat semua begitu diburu. Ada saat-saat selalu berpacu dalam waktu. Sepi dan sendiri yang harus dilawan. Harus? Mereka bukan orang-orang yang ditemui setiap hari. Sesekali. Mereka yang berkata. Tetapi juga tidak mengatakannya berkali-kali. Di sela sekat-sekat, meja panjangnya ada rasa nyaman ketika datang ke karena didorong rasa lapar. Ataukah hanya merasa lebih baik saat mendengar "mau makan apa mbak?".  "fakultas apa mbak?" "semoga sukses ya". Meluncur begitu saja. Di menit berakhir pun demikian. Mereka seperti merasakannya. Atau mengatakan sekali, namun sudah cukup berarti. "selamat ya mbak, semoga barokah ilmunya". Pasti mereka tahu, atau hanya mengamati, tidak tahu sebenarnya. Mereka biasa-biasa saja. Mereka juga akan menemui ratusan orang bernasib sama. Datang

Ada Apa Dengan Drama (bagian I)

Gambar
Saranghae OPPA KSH (https://dramaid.tv/its-okay-to-not-be-okay-episode-09/) Drama ini….baru episode 9 tapi…. Apakah saya mulai terkangkiti "virus" k-popers? am I K-drama lovers? I don’t know. Timeline menonton drakor- sejak masuk kuliah, saat itu yang bener-bener fit in adalah drama dream high, dengan pemeran si oppa cute KSH ini. Kalau di studi-studi budaya pop menyebutkan judul drakor jadul winter sonata, full house dll justru belum menyaksikannya secara paripurna. Biasanya, akan menuliskan ulasan seperti ini  pasca menonton. Ada apa dengan drama ini baru episode 9??? Nah, drama ITS OKAY NOT TO BE OKAY ini jadi drama on going 2020 yang bener-bener disimak dari pertama rilis dan menjadi penunggu datangnya hari senin. Iya, karena video-video baru diunggah pasca serial aslinya mengudara di Negara aslinya setiap hari Sabtu-Minggu. Kemudian merasakan "hibernasi" jarang sekali menonton sebuah serial beruntun di masa-masa perkuliahan, mungkin karena punya “…” hahaha.

The Best Matakuliah Antropologi Kesenian Semester 2019/2020

Salam sejahtera! Semoga dalam keadaan sehat, aman dan bahagia "berdamai" di masa-masa pandemi menuju New Normal. Sebagaimana yang telah saya informasikan sebelum UAS, di akhir perkuliahan akan terpilih mahasiswa yang mendapatkan reward (mari kita sebut giveaway) spesial dari saya. Pertama, saya ucapkan good job untuk kalian semua peserta kelas Antropologi Kesenian semester ini. Terimakasih atas partisipasinya, meski di tengah pandemi dan sistem daring, perolehan nilai kalian cukup baik! jangan mudah berpuas diri, terus tingkatkan lagi kemampuan akademis soft-hard  pada matakuliah selanjutnya.  Nah, siapakah di antara kalian, tiga orang mahasiswa yang berhasil meraih nilai akhir (akumulasi tugas, ujian, kuis dan kehadiran) dengan total tertinggi di kelas selama perkuliahan? nama-namanya adalah...  NAMA NILAI       Abida Bahriatussifa` 89 Nadia Diana K. 88  Alifia Nurfajri H. 84  Selamat! silakan kalian hubungi saya melalui nomor whats app untuk menginformasikan ala

Soal dan Petunjuk Teknis UAS Prodi Antropologi 11-15 Mei 2020

Gambar
Dear all,  Mahasiswa prodi antropologi pada semester 2019/2020 yang menempuh matakuliah berikut: Angkatan 2017 Pembangunan dan kebijakan pariwisata Masyarakat tradisi dan budaya spiritual   Angkatan 2018 Antropologi kesenian Antropologi museum   Salam sejahtera, semoga dalam keadaan sehat, semangat dan bahagia selalu ditengah situasi kondisi pandemi. Semoga tetap khusyuk berburu pahala bulan Ramadhan bagi yang menunaikan. Semua matakuliah di atas merupakan matakuliah pilihan. Tetapi tidak perlu kita mendikotomikan “wajib atau pilihan”, karena semua ada UASnya dan melahirkan nilai yang akan menghiasi KHS kalian. Belajar adalah proses, UAS hanyalah satu dari bagiannya. Dalam kesempatan ini saya akan membagikan informasi khusus dan umum sebagai “penyemangat” pada assessment atau evaluasi belajar semester genap yang luar dari biasanya ini.  Informasi umum 1.        Berdasarkan informasi dari rektorat, bahwa untuk UAS semester ini kehadiran mahasiswa 80% tidak menjad

Sastra Harus Bicara

Apakah kalian pernah mendengar kredo (pernyataan keyakinan): “ketika jurnalisme dibungkam sastra harus bicara?” Pernyataan ini disampaikan oleh Seno Gumira Ajidarma. Tentu namanya sudah tidak asing di blantika sastra Indonesia. Saya pribadi, pertama membaca karya, SGA,  berupa cerita pendek berjudul “Pelajaran Mengarang” di buku kumpulan cerpen Kompas dan cerita pendek berjudul “dodolitdodolitdodolibret” di sebuah website. Keduanya merupakan cerpen yang mengesankan. Berbicara mengenai cerpen mengesankan, ada satu karya Leo Tolstoy yang pernah saya baca (diceritakan ulang) berjudul “Tuhan Tahu Tapi Ia Menunggu” oleh ahli sosial di salah satu kanal media, di bulan Ramadhan yang lalu entah tahun berapa. Benar-benar cerpen religius, silakan coba membacanya, karena cukup bertebaran di dunia maya. Selain cerpen, pengalaman sebagai penikmat “sastra” saya rasakan juga terdapat pada jenis lain seperti puisi dan novel. Puisi, misalnya, saya terus terang jatuh cinta untuk pertama kalinya den

“Mencandra Pesona Ujung Timur Indonesia: Papua”

Gambar
Apa yang terlintas dalam benak Anda manakala mendengar kata Papua? Eksotisme? Barangkali hal itu yang sekilas hadir pandangan kita terhadap Papua, mutiara di ujung timur Indonesia. Terlebih petikan lagu berjudul “Tanah Papua” ciptaan Franky Sahilatua dkk yang dipopulerkan oleh Edo Kondologit, berkata: “ tanah Papua tanah yang kaya , surga kecil jatuh ke bumi ”.  Satu wilayah yang tersohor adalah kepulauan Raja Ampat yang terletak di Papua Barat. Kepulauan Raja Ampat memiliki gugusan pulau yakni akni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo. Pemerintah daerah setempat telah menetapkan pariwisata sebagai pilar ekonomi mereka. Baru-baru ini The Sunday Times, sebuah surat kabar di Inggris menobatkan Raja Ampat sebagai destinasi wisata terbaik 2020. Keindahan Arborek (sumber:  https://indonesia-tourism.com/west-papua/raja-ampat/arborek_island.html ) Kabupaten Raja Ampat memiliki beberapa kampung yang telah dirintis sebagai desa wisata. Tepatnya di Kecamatan Meosmansar terdapa