Daiso, Menerawang Negeri Jepang Lewat Toko Barang

Tunjungan Plaza lambang pergaulan arek SBY

Momen lebaran yang masih terasa di awal bulan Agustus tahun 2014 kami sekeluarga lalui dengan bersilaturahmi, berkumpul, dan bertukar kado di rumah eyang di Surabaya. Ikatan kekerabatan memang harus senantiasa dipererat, meski orang tua telah tiada. Perjalanan sehari, setelah silaturahmi, sebelum pulang ke kota Malang, kami memutuskan untuk nge-mall di salah satu lambang pergaulan mall nya arek-arek Suroboyo. Bapak saya hapal tempat seperti mall Tunjungan Plaza, yang memang sebelumnya kami pernah kunjungi (dan tak bosan dikunjungi lagi).  Mall Tunjungan ini ada lima lantai, dan cukup besar, karena ada TP (sering disebut begini) 1,2,3 dan menyambung dengan perumahan. Di Surabaya itu, rasa-rasanya kalau lihat pemandangan kotanya cukup menyenangkan, karena salah satu kota metropolitan yang membuat kita diharuskan mengenagdahkan kepala kita ke atas. Ada banyak sekali gedung tinggi nan bagus dan antik disini. Sebenarnya, mau jalan-jalan atau window shopping ke Mall manapun hampir sama, ada berbagai tempat seperti cafe, resto, butik, toko, dan apapun sebagai lambang pergaulan. Hanya saja di TP ini lebih lengkap, karena lebih banyak tempat-tempat yang menjual merek-merek terkenal. Salah satu yang kami kunjungi adalah butiknya Mango. Tapi, ada sebuah toko yang menarik untuk kami kunjungi, yaitu Daiso. Sebuah toko yang biasa kita sebut sebagai minimarket. Daiso ini adalah minimarket yang khas Jepang, dilihat dari namanya. Di Daiso menjual berbagai produk untuk kebutuhan rumah tangga, alat tulis, perabotan dsb kecuali makanan. Uniknya, semua barang di minimarket ini dijual seharga Rp. 22.000,-. Mengapa?, hal ini juga belum saya ketahui, apakah harga ini ada hubungannya dengan 1 yen?. Tipe minimarket yang semacam inilah tidak ditemukan di kota Malang, alhasil kami pun tertarik untuk membeli beberapa barang-barang yang bisa dibilang memiliki azas kegunaan dan kepunyaan. Saya dan adik-adik memutuskan untuk memilih satu benda yang diminati untuk dibeli. Saya memilih membeli tote bag (yang akan saya rencanakan untuk membawa laptop atau map), lalu adik saya memilih untuk membeli goodie bag dan paper case Ibu saya sangat tertarik untuk membeli benda-benda yang bernafaskan “medis” yakni berupa alat-alat refleksi (alat pijat dan pijakan kaki).
kenapa semua barang dijual Rp 22.000,- ? 
Di Daiso menjual apapun yang benar-benar khas Jepang, seperti alat makan, minum sake, mangkuk, alat-alat untuk membuat sushi, jas hujan, kaca mata, flashdisk, kertas origami, tas, panci berbagai macam peralatan dan perlengkapan kebutuhan rumah tangga. Dijamin bagi yang suka hunting barang antik, unik, yang jarang dijual di sebuah kota, atau negara, atau produk buatan luar negeri yang tidak terlalu pasaran, pasti akan tertarik untuk membeli disini. 
Konsep minimarket Jepang ini terasa dari namanya, di dalamnya letak-letak barang-barang yang djual juga menggunakan bahasa Jepang. Label harga di barang-barang yang dijual pun berbahas Jepang dan Inggris. Dan hal terpenting untuk kita ketahui dan sadari rupanya, entah barang itu berupa apa, hampir semuanya dibuat dan di produksi oleh negara Cina. Its Clise. Jadi, di labelnya pun jelas tertulis: Made In China, Produced for Daiso Japan. Oke, that is, ini baru macan Asia. Dan harus kita sadari, barang-barang ini dibuat di Cina, diproduksi untuk Jepang dan ya, dijual di negara kita, Indonesia.

Suasana Toko Jepang Daiso
Di minimarket atau toko lain selalu memiliki tempat penitipan barang, atau bahkan melarang membawa barang apapun ke dalamnya, berbeda dengan di Daiso, barang-barang kita masih bisa kita bawa. Namun, para pembeli diberi tas kresek bewarna kuning untuk memasukkan barang, dan setelah dari kasir barang-barang kita tersebut bisa dapat dibawa kembali. Tepat di dekat kasir terdapat dua satpam yang berjaga, sekaligus sebagai petugas yang bertugas mengucapkan “terima kasih selamat datang kembali.” Itu mungkin seperti di dunia per-minimarket-an di Indonesia, kita juga mendapatkan ucapan “selamat datang” ketika kita pertama membuka pintu. Untuk sekedar pengetahuan dan pengalaman berbelanja di minimarket rasa Jepang, ini cukup menyenangkan, saya jadi penasaran, apakah ada minimarket serupa dari negeri lain yang ada di Indonesia?, khusus menjual barang-barang unik, lain, beda, jarang?. Yang penting, jangan boros dan keep saving!. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar