Ospek Mahasiswa Baru: Ibarat Ritus Daur Hidup


PKKMABA FIB UB 2013


Entah harus mengawalinya dari mana. Terlalu banya cerita dan pahatan pengalaman untuk mempersiapkan suatu up(acara) selama 2 bulan untuk 2 hari ini. Suatu proses yang tidak mudah. Datang jam 5 pagi pulang lebih dari jam 5 sore, untuk beberapa kali. Terlalu banyak kata-kata bermakna, dari teman-teman seperjuangan, yang berusaha bersama-sama menyukseskan acara menyambut adik-adik generasi kami. Lelah, menyerah, resah, gelisah, tanpa arah, hampir-hampir menyertai kami. Kegalauan, ketakutan beriringan dengan keraguan. Hampir setiap hari pergi ke kampus, yang selalu terbuka, selama 24 jam.
Saya dan Imut harus membagi konsentrasi kami kepada kelompok 22, sebanyak 22 orang.  Berbagi kecerewetan dan jarkoman untuk melewati 2 hari, agar tak ada suatu hal tertinggal ataupun mereka bakal dilanda pelanggaran.

Dari suatu kepanitiaan ini. Saya banya belajar teman-teman baru yang dikenal, dari berbeda angkatan dan berbagai jurusan. Saya belajar dari apa yang mereka ucapkan, ide yang mereka tuangkan, untuk menjalankan kepanitiaan ini. Dari kapel, CO, hingga staff, mereka memancarkan kerja keras, dan arti profesioalitas. Di waktu yang sama, saya juga belajar dari mahasiswa baru, mahasiswa generasi penerus kami, adik-adik maba FIB. Mereka berlatar belakang berbeda, dari berbagai jurusan, dengan berbagai kepribadian. Saat ini saya memiliki maba yang tidak konfirmasi samasekali, tidak pernah kumpul samasekali, tidak menjawab sms samasekali, cuek, sering terkena pelanggaran, sulit diatur sehingga sering ditegur kakak panitia lain, sepi sekali ketika memperoleh materi-materi, tidak membaca tugas-tugas sampai tuntas, dan bisa disimpulkan sebagai ‘masih manja’. Tapi dinamika ini, membuat permasalahan berbeda sekaligus membuat pembelajaran berbeda. Ormawa yang cuku mengena. Di hari itu, saya melihat Yohanna mahasiswa difabel FIB UB, sekaligus finalis X-Factor 2013. Talkshow yang sangat menyentuh. Yohanna bercerita awal perjalanannya hingga kesuksesannya hingga hari ini. Ia jatuh, dan bangun lagi. Tapi satu hal hebat dan kuat yang terlihat adalah, ia tetap, dapat tertawa dan ceria. Ia juga menampilkan suara merdunya, dihadapan kami, panitia,maba, dengan menggandeng, mendatangkan mahasiswa baru difabel lainnya  keatas panggung. Mereka adalah mahasiswa baru difabel--tuna rungu, dari jurusan Seni Rupa. Entah apa, saya tak dapat berkata-lagi. Bahwasannya kita, apapun itu, harus selalu mensyukuri. Bahwa manusia tidak sempurna, tapi Allah Maha Adil.

Seperti biasa, dalam suatu kepanitiaan, tidak pernah berjalan sempurna. Yang ada hanya, mencoba maksimal memberikan yang terbaik yang kami bisa. Saya, jadi terpikir, ospek adalah sebuah ritus upacara kedewasaan, selalu berulang. Bagi saya, karena ia juga merupakan upacara penanda. Penanda dari siswa ke mahasiswa. Di hari ospek seperti terlihat pemandangan di kampus saya. Saya melihat, dan menengok ke fakultas-fakultas lainnya. Mahasiswa baru, sungguh unik dan berbeda-beda warna untuk menunjukkan tipikal fakultas mereka. Saya pun juga berpikir, meski berbeda-beda fakultas, di dua hari itu (6-7) kami tetaplah satu Brawijaya yang bersiap menyambut generasi baru kami. Kami sama-sama bangun pagi, otak berputar keras, hati yang terus peka, sikap yang berjaga, bekerja keras untuk mempersiapkan dan  menyambut adik-adik, keluarga baru kami, generasi penerus kami. Saya juga terkadang tidak paham dengan saya sendiri, dan teman-teman lainnya yang bersusah melakukan ini, apakah kami sudah terlalu cinta pada almamater kami?
Bahkan, tidak sedikit pula kakak-kakak senior mengajak adik-adiknya long march sambil meyanyikan yel-yel fakultas masing-masing. Hal ini tidak lain mengajarkan rasa kebanggan terhadap fakultasnya, sedikit narsis mungkin, tapi ini wajar. Atau, menyambut mereka ketika pulang dari ospek universitas, mencegat mereka dengan teriakan jargon kami--kakak-kakak panitia-- yang menggetarkan. “Kita Satu Ilmu Budaya, Cerdas Tangguh dan Berbudaya”.
Kami menghibur diri kami, denga bernyanyi, jargon yel-yel, untuk merasa bangga, dan merasa bahwa kami memang berkomitmen atas semua ini..
Totalitas Perjuangan, syair mahasiswa sepanjang masa dan sepanjang upaya....
“Hey..hey...we are FIB...
Mimpi kami cita kami selamanya
Jadi kebanggaan Brawijaya...”.

Dari sekian “album FIB” ( yang kami ajarkan, hafalkan dan tularkan kepada maba), lirik yang paling deep  menurut saya ya salam FIB ini...

##Bonus Picture
Sebuah gambar gedung rektorat yang diselimuti langit biru dan dihiasi pesawat cessna yang melintas diatasnya. Ini adalah upacara penyambutan maba UB 2013 6-7 September 2013. Pesawat cessna didatangkan langsung dari lanud Abdurrahman Saleh untuk membawa tulisan “Univ Brawijaya”. Ini sangat istimewa, jamannya saya masih belum ada!. Usut punya usut para maba (mala juga) menyangka ini adalah sambutan alhasil UKT mereka yang biayanya sangat tinggi. Tapi, itu tidaklah benar. Cari berita dulu untuk tahu faktanya J...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar