Senang dan Sedih itu Datangnya Satu Paket

Judul diatas adalah salah satu kalimat yang pernah diucapkan oleh seorang tokoh di film "Milli dan Nathan". Awalnya sepintas mendengar kata tersebut hanya sambil lalu dan dalam hati aku berkata "kenapa bisa begitu?" "memangnya ada?". Well, kini aku baru menyadari kata-kata tersebut. Sebenernya hari ini tuh berjalan seperti hari biasa nya. Kuliah, tugas,kuliah,bacaan bahasa inggris dan begitu seterusnya. Hari ini giliran saya presentasi, tapi ya beginilah, saya selaluuuu dan selaluuuu merasa kurang "in this part". "I dont know why" I just feel not better, not good at the time. I was thinking that,writing is better and more enjoyable for me rather than speaking. Bahasa ilmiahnya, dialektika dalam retorika di dalam diri saya sangat butuh di upgrading. Siapa? Siapa yang dapat mengajari semua ilmu-ilmu itu?? Just looking at my eyes cause I need some encouragment!!!!!!!!
Sebenarnya lagi hari ini biasa-biasa saja dengan aktivitas rutin saya menjadi seorang mahasiswa. Tertawa bersama teman-teman, guyon, rame bareng keliahatannya biasa saja. But, remember that If you laugh too much, at the same time you will feel silence, or other word you will feel sad. Seperti judul yang diatas tadi, saya bener-bener merasakannya. Tadinya ketawa-ketiwi ternyata dapat kabar sedih dari keluarga sendiri.  Padahal, tadi juga sudah ada yang bilang, "hei jangan hahahahaha terus nanti bisa hiks hiks hiks".
ya Allah....baru sadar..dan paham, self controlling itu perlu sekali di setiap waktu. Ingat, bahwa jangan terlalu senang dan jangan terlalu sedih. Everythings with balancing. Segala sesuatunya perlu menjadi seimbang, dan sewajarnya...wajar dan wajar...tidak terlalu kelebihan dan kekurangan...Okay,,,once more learning of life...hmhmhm setelah tahu apa itu ilmu dan pengetahuan, setidaknya yang paling susah adalah seni ilmu hidup, hidup itu selalu belajar..belajar dan belajar dari pengalaman. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar