Review Artikel: Kesinambungan Elite Desa Gondosari




            Sebuah studi mengenai kesinambungan elite desa sejak abad ke 19 dilakukan oleh Frans Husken di desa Gondosari. Kesinambungan tersebut berkaitan dengan keberadaan tiga trah  yang menguasai tanah yakni; Martruna, Kartodiwirjo, dan Brodjo.  Kekuasaan politik berada di tangan keluarga ini, dengan sebab penguasa tanah memiliki kesempatan luas untuk memenangkan pemilihan di desa, juga mendapat kekayaan tanah atas jabatan yang diperoleh untuk memperbesar kekayaan. Terutama keluarga Martruna pada tahun 1903 dan 1975 yang mampu memantapkan dan berkuasa dalam ekonomi di desa. Adapun kohesi sosial yang menyebabkan keluarga elite desa tersebut berhasil berkuasa yakni:  
Akumulasi tanah dan kekerabatan. Junlah tuan tanah terbanyak berasal dari trah Martruna, yang terbagi di setiap rumah tangga. Pemilikan tanah itu terdaftar dalam arsip registrasi. Ikatan kekerabatan dan hubungan perkawinan. Pertalian kekerabatan menimbulkan kesetiaan yang bersifat timbal balik (fortes 1970 dan Bloch 1973), dalam arti penguasaan politik dan tanah oleh trah erat hubungannya dengan solidaritas, rasa tolong menolong yang membentuk korporasi. Secara garis besar, untuk mengkonsolidasi kekuasaan dan kekayaan, keluarga trah memberlakukan strategi perkawinan “endogami trah”.  
Konsentrasi kediaman, keluarga kaya Gondosari umumnya memiliki rumah bergaya limasan dan anggota kelompok keluarga tinggal di rumah yang letaknya saling berdekatan.  Faktor agama dan politik menentukan perubahan kohesi sosial di desa Gondosari.  Seperti pada pemilihan partai, tidak didasarkan ekonomi dan sosial untuk mencari sebuah dukungan.
Kesimpulannya, penguasaan tanah dan posisi penting dalam pemerintahan desa dan persatuan sosial terpadu (kohesi sosial) didasarkan oleh pertalian kekerabatan dan perkawinan anggota keluarga dekat. Ketika seseorang memiliki tanah, ia akan memiliki pendukung, kekuasaan, hingga kesempatan untuk memperbesar kekayaan.
Pertanyaan:  bagaimana penyelesaian konflik yang dapat terjadi diantara keluarga apabila terjadi perebutan kekuasaan di pemerintahan desa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar