Kuliah Tamu "Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War"

Selasa 25 Maret 2014

Tari Banjar Kemuning, sebelum kuliah tamu dibuka
Di tengah hiruk pikuk mencari tempat untuk kkn saya menyempatkan diri untuk datang ke sebuah kuliah tamu tingkat universitas yang materinya disampaikan oleh Pangkostrad, Bapak Gatot Nurmantyo. Jam satu lebih suasana gedung Samantha Krida sudah penuh sesak, meski di tempat duduk bagian tribun tidak semuanya terisi. Saya dan yuyun kemudian memilih untuk duduk di sayap kiri, dan berjarak dekat dengan panggung. Tepat dihadapan kami, telah terjajar rapi kursi singgasana bagi para petinggi. Beberapa kursi deret dibelakangnya masih tampak kosong, dan alhasil kami disuruh memenuhi tempat duduk "ekslusif" tersebut, karena berada di belakang langsung kursi para petinggi. Tempat duduk yang saya duduki memang cukup spesial, karena punggung bapak rektor, dan jajarannya berada beberapa meter dari tempat duduk saya :). 
Kuliah dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian, bapak Gatot memperkenalkan diri. Meski seorang dengan berlatar belakang dunia militer, dunia penuh ketegasan, namun cara membawakan materi-materi presentasi sudah cukup baik, santai dan mengalir, bahkan di bagian penutupannya sangat menarik...Terlebih, kuliah tamu yang berjudul "Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War" ini telah disimpan dalam kepingan CD dan ditulis dalma sebuah booklet. Sehingga selama materi berlangsung, kebanyakan materinya telah tertulis di booklet tersebut. Sungguh penyimpanan materi seminar yang canggih menerut saya! (kita tidak usah mencatat semuanya, namun begitu kongkrit ada materi yang dapat kita simpan dan bagikan). 
Tema kuliah ini sangat relevan dengan segmen penerima materi (dan memang harus), yakni para mahasiswa, para pemuda. Proxy War? sebuah konsep yang pada hari ini saya baru mendengarnya..
Di awal materi diberikan analogi antara "negara singa" dan "negara naga". Ini seperti pengibaratan negeri maju dan megeri berkembang. Bapak Pangkostrad kemudian menggali pendapat dari para mahasiswa tentang "andai mereka menjadi presiden dari salah satu negeri tersebut". 
Materi selanjutnya dijelaskan bagaimaa sebuah konflik di dunia ini merupakan konflik berlatar belakang sumber daya, dan energi. Bahwa dalam perjalanan Indonesia, yang saat ini akan menuju tahun 2045, yakni tahun ketika Indonesia telah menjadi bangsa generasi emas. Lalu, siapa pemeran utama di masa itu?. Tentu saja, jawabannya adalah para pemuda yang hidup di masa ini, salah satunya adalah kami, seorang manusia golongan beruntung di negeri Indonesia yang memliki sebutan istimewa dan penuh makna: mahasiswa.
Pada perjalanan sejarah perjuangan Indonesia, telah membuktikan bahwa pemuda berperan dalam kehidupan bangsa. Kuliah ini sejatinya mengajak kami para mahasiswa berpikir, merenung, dan menginspirasi jika masa depan bangsa Indonesia, bagaimana perjalannya nanti ditentukan oleh sikap dan perilaku pemuda yang hidup di masa ini.   
Salah satu tantangan dan permasalahan bangsa, adalah adanya Proxy War ini, yang diartikan musuh tidak terlihat dan dilakukan oleh actor non state yang dikendalikan oleh state. Contoh masalah paling dekat yang dapat kita lihat adalah maraknya demo, tawuran, dan benturan antar kelompok dari pelajar hingga mahasiswa. Adapun menurut bapak Gatot, "apakah benar mahasiswa bersifat seperti itu?". 
Memang tidak dipungkiri, "pemuda", "anak muda", "youth generation" memang sedang diatas awan. Mengapa?, beberapa waktu ini organisasi, gerakan-gerakan dan ide dari pemuda mulai bangun dan bermunculan, bahkan dapat dikatakan mulai dipertimbangkan dan tidak dipandang sebelah mata. Ada banyak kegiatan dan komunitas yang dibentuk oleh pemuda, dengan berlatar belakang tujuan masing-masing di bidang apapun. Akan tetapi, dibalik youth movement ini, kondisi pemuda di Indonesia juga tidak semuanya menampilkan hal yang positif, atau bahkan memiliki karakter. Saya rasa pemuda Indonesia juga masih banyak yang hobi galau dan hanya sibuk mondar-mandir di acara-acara alay. Dalam arti, masih ada pemuda yang belum berorientasi pada prioritas dan kepedulian pada kehidupan. Masih banyak pemuda yang hanya memikirkan gaya, memikirkan kesenangan duniawi, masih ada namun tidak menutup kemungkinan ada pemuda yang sudah memikirkan wirausaha. Dalam kuliah tamu ini bapak Gatot menawarkan beberapa solusi (yang bisa kita coba dan aplikasikan) bagaimana cara menghadapi Proxy War ini. 
Tentu apapun pilihannya ada ditangan kita, namun tanggung jawab dan keberlangsungan bangsa ini ada dalam harapan perjuangan para pemuda di masa kini.  Semoga kita, para pemuda, dapat mengemban amanah dan menjadi insan-insan yang bermakna bagi bangsa Indonesia.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sastra Harus Bicara

Jika Biaya Kuliah Mahal, Apa yang Harus Kita Jual? (Mengintip Kebijakan UKT Universitas Brawijaya)

Antropologi ditengah Pasar